Ikan asin adalah makanan yang terbuat dari daging ikan yang
diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging
ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar
untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat.Selain
itu daging ikan yang diasinkan akan bertahan lebih lama dan terhindar dari
kerusakan fisik akibat infestasi serangga, ulat lalat dan beberapa jasad renik
perusak lainnya.
Untuk mendapatkan ikan asin kita bisa datang ke pasar yang
harganya relative terjangkau. Hal ini yang sering tidak disadari oleh beberapa
pedagang kalau harga yang mereka tawarkan bisa sedikit dinaikan dengan hanya
mengemas makanan yang mereka jual. Jika
kita mau menilik ikan asin kemasan yang dijual di mal tentunya harganya akan
lebih tinggi.
Masalah yang sering ditemukan dalam memasarkan sebuah produk
adalah kemasan. Hal tersebut sering kurang disadari oleh sebagian besar pelaku
usaha kecil di Indonesia. Pada umumnya mereka tidak sadar atau kurang memahami
bahwa kemasan yang baik dan menarik akan mendatangkan nilai lebih pada produk
yang dijual.
Pada umumnya pengusahan kecil kita masih cenderung berpikir
tradisional yang hanya mengandalkan pada produk yang dijual, sementara kemasannya
biasa saja (plastik biasa). Beberapa
dari mereka tidak sadar bahwa nilai produk mereka dapat bertambah jika membalutnya
dengan kemasan yang menarik.
Di luar negeri tren kemasan kreatif bukan hal yang baru
lagi. Produk makanan bahkan kerajinan pun dibungkus dengan kemasan menarik,
yang eye catching. Tak dapat disangkal, konsumen umumnya akan tertarik dengan
produk-produk yang dibungkus dengan cantik. Ini perilaku umum konsumen, hal
pertama yang membuat mereka tertarik membeli suatu barang adalah kemasan barang
tersebut.
Perilaku konsumen ini sangat disadari oleh pelaku usaha di
luar negeri, entah itu pengusaha kecil ataupun besar. Karenanya model-model
kemasan cantik dan kreatif banyak bermunculan. Mereka berlomba-lomba membuat
kemasan sekreatif mungkin.
Sebenarnya kalau dilihat isinya, ya itu-itu saja, kadang
tidak istimewa. Coklat-coklat di luar negeri misalnya, dikemas dengan cantik
yang menggoda konsumen untuk membeli, padahal isinya biasa saja. Di Indonesia,
kita punya banyak sekali produk berkualitas yang dihasilkan oleh industri
kecil, apakah itu makanan, kerajinan, atau komoditi lain, namun karena
kemasannya tradisional atau biasa-biasa saja, menjadi kurang menarik.Buntutnya,
produk menjadi sulit bersaing.
Mengubah cara berpikir pelaku usaha kecil akan pentingnya
kemasan kreatif, sebenarnya tidaklah mudah. Betapa sulitnya meyakinkan mereka
bahwa kemasan yang baik dan kreatif bisa menggandakan keuntungan mereka.
Mereka tidak akan paham. Tapi kalau kita beri contoh-contoh,
termasuk hitung-hitungan keuntungan yang didapat dengan kemasan kreatif,
dibanding dengan pembungkus biasa, barulah mereka mengerti. Tapi, kan, yang
memahami hanya yang ikut seminar, sementara begitu banyak pelaku usaha kecil di
Indonesia ini, tidak ikut seminar. Jadi edukasi soal kemasan untuk meningkatkan
daya jual, daya saing, memang harus terus menerus diberikan.
Jadi sebenarnya jika kita mau mencoba mengemas makanan yang
kita jual itu akan membuat nilai jual dagangan kita bertambah. Kita bisa
melihat harga ikan asin dalam kemasan di mal yang terkemas rapih tentu harganya akan jauh
lebih tinggi jika dibandingkan dengan ikan asin yang dijual di pasar. Untuk kemasan
bisa dimulai dari kemasan-kemasan kecil dengan berat 100 gr. Yang bisa dibalut
dengan sterofoam dan plastic wraping di atsanya yang membuat ikan asin lebih
tampak menarik. Atau juga bisa dibungkus plastic yang rapih dan diberi label
merk, hal tersebut juga bisa membuat pembeli lebih tertarik. Kita bisa membuat
merk kita sendiri.
Nah, mulai dari sekarang cobalah untuk berpikir lebih
kreatif guna meningkatkan daya saing kita. Cintailah produk dalam negri J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar